(Makalah ini disampaikan pada Sarasehan yang diadakan dalam rangka Festival
Nasional Tari Kreasi Anak-Anak 2013 di Taman Budaya Jawa Timur pada tanggal 28
Juni 2013)
Oleh: Peni Puspito
A.
Pendahuluan
Mencermati perkembangan seni
tari kita saat ini, semakin lama terasa semakin kering dan mengalami proses ‘pendangkalan’
makna atau nilai. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa indikasi positif yang
mempengaruhi hal ini, adalah mulai hilangnya batas-batas budaya yang ditandai
atau sering disebut dengan globalisasi. Dalam posisi seperti ini kadang kita
berada pada ambang yang membingungkan. Ingin meninggalkan budaya yang telah
diwariskan oleh nenek moyang untuk mencari identitas budaya baru yang belum
jelas akarnya, dan hasilnya justru kita kehilangan identitas budaya sendiri. Tidak
sedikit contoh yang dapat kita saksikan dalam pertunjukan anak-anak generasi
penerus kita. Mereka senantiasa memiliki kecenderungan mengadopsi begitu saja
kesenian yang tumbuh dan berkembang dari luar lingkungannya, dengan tanpa
memberikan sentuhan kreatif baik nilai maupun wujudnya; pada akhirnya seni tari
tidak memiliki bobot serta identas yang jelas. Bila seni tari sudah mengalami
pertumbuhan semacam ini kemudian pertanyaannya dapatkah seni tari kita
memberikan kontribusi terdahap pertumbuhan kebudayaan atau bahkan peradaban
manusia
Menangkap fenomena tersebut,
seharusnya Lembaga yang berwenang terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak
boleh menganggap remeh dan bahkan acuh-tak-acuh. Bila ini dibiarkan berkembang
terus, maka tak khayal bila pada satu saat nanti generasi penerus kita akan
tergilas dengan era yang bernama globalisasi dan mereka akan kehilangan
identitas. Untuk itu diperlukan upaya pembinaan kesenian sejak dini melalui
jalur Lembaga Pendidikan atau yang disebut dengan Sekolah. Selain untuk
menangkal pengaruh globalisasi, pembinaan seni tari di sekolah tentunya sangat
relevan dengan konsep pendidikan yang sekarang dikembangkan yakni pendidikan
karakter. Seni tari dan karakter adalah dua hal yang sangat berhubungan bagai
dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian pembinaan seni tari di
sekolah sesungguhnya memiliki fungsi yang sangat strategis dalam upaya
pengembangan karakter siswa yang berperan sebagai penerus bangsa.
Bila pembinaan seni tari
dianggap penting, maka diperlukan satu konsep yang matang dalam pelaksanaannya.
Banyak lembaga apakah pemerintah, swasta, masyarakat yang mencoba
menyelenggarakan pembinaan terhadap kesenian dan hasilnya -dianggap gagal tidak-,
namun belum dapat dirasa perolehan yang diharapkan. Demikian pula pembinaan
seni tari di sekolah, banyak sekolah telah mencoba menyelenggarakan pembinaan
seni tari terhadap siswanya, namun hasilnya masih dirasa belum maksimal. Bila
banyak siswa sekolah yang berprestasi sebetulnya hal tersebut bukan merupakan hasil dari pembinaan yang
dilakukan oleh sekolah, namun merupakan hasil pembinaan sanggar-sanggar yang
diikuti oleh siswa tersebut. Dalam tulisan ini tidak menyajikan konsep ideal
untuk pembinaan seni tari di sekolah, namun lebih memberikan umpan untuk dapat
didiskusikan lebih jauh pemasalah yang telah digambarkan di atas.
B.
Perlunya Pembinaan Seni Dalam Lingkup Pendidikan Di Sekolah
Tidak semua sekolah di sekitar
kita sudah memiliki atau bahkan menjalankan konsep pembinaan seni tari yang
ideal untuk para siswanya. Hal ini sangat bergantung pada pemahaman pengambil
kebijakan (Kepala Sekolah, Guru, atau pemuka masyarakat dan lingkungan)
terhadap kemanfaatan seni tari bagi siswanya. Akibat sistem pendidikan yang
memberlakukan Ujian Nasional sebagai standar kelulusan, maka hampir seluruh sekolah
mengkonsentrasikan kegiatannya hanya untuk memenuhi target kelulusan siswanya.
Sebab bila ada sekolah yang siswanya banyak tidak lulus dalam ujian tersebut,
maka kondite pengelola atau bahkan lembaganya beresiko mendapat cemo’ohan dari
berbagai pihak termasuk masyarakat sendiri. Hal inilah yang kemudian tidak
sedikit sekolah-sekolah melakukan atau bahkan menghalalkan perilaku curang
untuk menyikapi persoalan tersebut, dan parahnya seni tari pun dianggap sebagai
hal yang tidak punya peran penting dalam upaya membangun kecerdasan anak
didiknya.
Bila kita cermati, maka
sesungguhnya pendidikan seni tari sangatlah dibutuhkan dalam upaya membentuk
perilaku atau karakter siswa yang lebih cerdas dan beradab. Kecerdasan
spiritual misalnya, dapat dilakukan melalui kajian-kajian makna serta filosofis
dari sebuah produk seni tari; kecerdasan intelektual bisa kita bangun melalui
kajian-kajian kesejarahan, pengetahuan, komposisi, dalam sebuah karya seni tari;
kecerdasan emosional dapat diberikan pada siswa melalui proses kreatif,
apresiasi, kerja produksi, dan sebagainya; adapun kecerdasan kinestetik
tentunya dapat dilihat ketika siswa melakukan aktivitas berkesenian.
Selain dapat digunakan untuk
meningkatkan berbagai kecerdasan tersebut, pembinaan seni tari di sekolah dapat
memberikan andil kepada pembentukan karakter, pelestarian serta pengembangan
budaya, menciptakan ruang berekspresi yang pada akhirnya akan memeperkokoh
tumbuhkembangnya kualitas kebudayaan kita.
C.
Pembinaan Seni Tari di Sekolah
Bila kita hendak menyelenggarakan
kegiatan pembinaan seni tari di sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian:
1.
Jenis Pembinaan
Pada dasarnya kegiatan yang
terkait dengan lembaga pendidikan atau yang disebut dengan sekolah biasanya ada
dua jenis kegiatan pokok yakni: 1) kegiatan yang terkait langsung dengan
kurikulum, dan 2) kegiatan di luar kurikulum atau yang sering disebut dengan
ekstrakurikuler. Untuk menyelenggarakan pembinaan seni tari di sekolah
sebaiknya disesuaikan dengan karakter tersebut, karena setiap jenis kegiatan
memiliki spesifikasi arah dan sasaran yang berbeda.
a.
Intrakurikler
Jenis pembinaan ini adalah
jenis pembinaan yang masih lekat terkait dengan pembelajaran dalam kurikulum
sekolah. Sifatnya lebih pada pendalaman atau pengkayaan materi yang disampaikan
di kelas, misalnya mengajak siswa untuk menyaksikan pertunjukan dengan tujuan
memberi materi apresiasi anak terhadap pertunjukan yang dimaksud, kemudian
terlibat langsung pada proses kreatif di sebuah sanggar seni tari, berdiskusi
tentang sebuah karya seni tari, dan lain sebagainya. Kegiatan ini dapat diikuti
oleh semua siswa tanpa terkecuali, dan pada intinya arah kegiatan ini ditekankan
untuk pengembangan ranah kognisi dan afeksi anak.
b.
Ekstrakurikuler
Jenis pembinaan ini adalah jenis
pembinaan yang bertujuan untuk mengembangan talenta para siswa di sekolah. Pembinaan
jenis ini lebih mengutamakan materi yang tidak atau belum terjangkau dalam kurikulum
sekolah. Oleh karenanya kegiatan pembinaan, lebih menekankan pada pengkayaan
materi seni tari, ketrampilan teknik, penguasaan ekspresi atau mengungkap,
serta kesadaran estetik. Siswa lebih dipersiapkan secara optimal sebagai pelaku
seni tari yang kreatif dan berprestasi. Dalam pembinaan jenis ini, tidak harus
semua siswa dipaksakan mengikutinya. Pada intinya arah kegiatan ini lebih
ditekankan untuk pengembangan ranah psikomotor dan afeksi.
2.
Berbagai Kebutuhan Dalam Pembinaan Seni Tari di Sekolah
Agar pembinaan seni tari di
sekolah lebih tepat sasaran dan tepat guna, maka sebaiknya dirancang dengan
memperhatikan berbagai kebutuhan yang diperlukan dalam pembinanan:
a. Menyediakan infrastruktur terkait dengan karakter pembinaan
Idealnya pembinaan seni tari
disekolah diawali dengan menyediakan berbagai kebutuhan yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan, misalnya menyediakan infrastruktur seperti gedung atau
ruang berlatih, berapresiasi, atau berekprsi, berbagai media yang digunakan
dalam kegiatan, serta peralatan elektronik lainya. Hal ini sangat tergantung
dari asing-masing karakter lingkungannya.
b. Memilih materi yang tepat
Memilih materi serta instruktur yang tepat akan
mempermudah proses komunikasi serta capaian yang tepat dalam sasaran. Materi
yang kurang tepat akan menyebabkan pengaruh terhadap psikologi dan kesulitan
menangkap persoalan. Demikian pula bila instruktur kurang paham terhadap dunia
anak akan menyebabkan kurang lancarnya proses komunikasi dalam pembinaan.
Membedakan materi antara jenis pembinaan di bidang
intrakurikuler dan ekstrakurikuler penting dilakukan agar arah capaian
pembinaan dapat diketahui dan dievaluasi
c. Memilih metode pembinaan
Metode pembinaan sebaiknya juga didesain sedemikian rupa
agar proses penyampaian materi dapat berjalan secara efektif, efisien sesuai
dengan perkembangan psikologi anak.
d. Membuat sistem kelas berdasar tingkat kualitas
Sebaiknya pembinaan seni di sekolah dibuat dalam kelas
atau kelompok belajar berdasar tingkat kualitas yang setara. Hal ini supaya
pertumbuhan atau perkembanganan peserta dalam pembinaan dapat berkembang
bersama-sama tanpa ada yang tertinggal.
e. Memilih materi disesuaikan dengan karakter siswa
Pemilihan materi sebaiknya disesuaikan dengan perkembagan
psikologi anak dalam bentuk yang menyenangkan.
f. Medesain kegiatan dalam pembinaan seni atas dasar kaidah-kaidah manajemen
yang baik, misalnya dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, kontrol,
dan sebagainya
3.
Pola Pembinaan Seni di Sekolah
Tampaknya hal ini agak
berlebihan bila dalam pembinaan seni di sekolah harus dibangun dalam atau
melalui bentuk visi dan misi. Namun apapun alasannya konsep pembinaan seni di
sekolah juga harus bermuatan paling tidak tujuan yang ingin digapai. Masing-masing
lingkungan akan menentukan tujuan yang relatif tidak dapat disamakan dengan
lingkungan lainnya. Hal ini sangat bergantung pada tingkat problematiknya
sendiri-sendiri, dan hal ini juga akan melahirkan bentuk pembinaannya
sendiri-sendiri.
Setelah menentukan tujuan, maka
perlu kita tentukan konsep untuk mencapai tujuan yang hendak diraih. Konsep
tentang pola pelaksanaan terpadu untuk membangun keberhasilan pembinaan sangat
diperlukan keberadaanya, misal: pola pembinaan yang strategis, Sinergis,
terarah, terkendali, dan terukur. Bila pola terpadu semacam ini diakukan secara
seirus tampaknya akan semakin memberikan peluang terhadap keberhasilan
pembinaan seni di sekolah. Pola strategis akan memberikan dampak terhadap
kesadaran tepat sasaran dan tetap guna sehingga efektivitas dan efisiensi akan
tercipta. Pola sinergis adalah pola yang melibatkan semua komponen terkait
dalam pembinaan seni disekolah, sehingga dapat meberikan kekuatan atas
kelemahan-kelemahan yang terjadi. Pola yang terarah, berarti seluruh kegiatan
dilakukan dengan konsep yang jelas berkait dengan arah tujuan yang hendak
dicapai. Pola terkendali, adalah pola yang terkait dengan pengendalian terhadap
kelemahan atau hal-hal yang jauh dari harapan pembinaan; sedangkan pola terukur,
adalah pola penentuan kegiatan yang dapat diukur melalui capaian-capaian dari
sebuah program.
D.
Konsekuensi Logis
Pembinaan seni bukanlah
pembinaan yang sifatnya instan, yang secara langsung dapat dinikamati hasilnya.
Kegiatan ini lebih merupakan kegiatan yang bernuansa investasi jangka panjang. Tidak sedikit orang
atau bahkan kepala sekolah yang paham tentang hal ini, seolah mereka selalu
segera ingin tahu atau bahkan menuntut hasil dari pembinaan seni yang dilakukan.
Bagaimana mungkin baru empat tahun memberi kesempatan kegiatan pembinaan sudah
menuntut hasil yang dapat dirasakan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan orang
enggan untuk melakukan pembinaan. Mereka beranggapan sudah mengeluarkan dana
banyak, namun tanpa ada hasil yang nampak.
Sisi lain yang menjadi
konsekuensi logis bila kita akan mengadakan kegiatan pembinaan adalah masalah
finansial. Selain itu aspek material lain yang terkait dengan sistem atau pola
pembinaan juga menjadi beban bagi penyelenggaraanya, misalnya sarana prasarana,
pembina yang potensial, materi yang relevan, dan sebagainya. Banyak pula
sekolah yang berkenhedak untuk menyelenggarakan pembinaan seni tari di sekolah
namun terkendali dengan keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki seperti hal tes
ebut.
Sikap, kepedulian, atau suporting
merupakan sisi lain yang juga menjadi konsekuensi logis dalam menyelenggarakan
pembinaan seni tari di sekolah. Tentunya dibutuhkan pembina-pembina yang
memiliki dedikasi serta loyalitas tinggi. Sikap peduli atau suporting ini harus
dimiliki oleh semua kalangan atau unsur yang merupakan elemen terkait dari
sekolah tersebut. Bila semua elemen masyarakat memiliki dukungan dan pandangan
yang sama, maka niscaya bahwa generasi penerus kita akan kehilangan identitas
budaya sendiri.
E.
Penutup
Akhirnya pembinaan seni tari di
sekolah perlu dilakukan dalam rangka turut membangun berbagai kecerdasan para
siswa yang berkarakter. Selain itu pembinaan seni tari diperlukan juga untuk
membangun identitas siswa sebagai generasi penerus bangsa yang berkarakter.
Langkah-langkah strategis, sinergis, terarah, terkendali, dan terukur adalah pola
pembinaan yang akan membantu keberhasilan optimal dalam pembinaan seni tari di sekolah. Walaupun demikian ada
berbagai konsekuensi logis yang harus kita tanggung dalam melaksanakan
pembinaan seni tari di sekolah.
Demikian tulisan yang sangat
sederhana ini semoga dapat memancing tanggapan untuk didiskusikan. Terimakasih