ARGUMENTASI
Oleh: Peni puspito
A.
Pendahuluan
Bila
kita menyaksikan sebuah pertengkaran, sering kali kita lihat orang yang
terlibat dalam pertengkaran tersebut selalu berusaha menghindar atau
mempertahankan diri dari kesalahan-kesalahan yang dituduhkan kepadanya. Ia
selalu berusaha menghindar dari kesalahan-kesalahan ucapannya dan mencari pembenaran-pembenaran
yang dapat dipercaya oleh lawannya. Demikian pula ketika kita menyaksikan
sebuah persidangan, untuk menyelesaikan sebuah kasus di pengadilan antara Jaksa,
Hakim, dan Terdakwa masing-masing selalu terlibat dalam sebuah perdebatan yang
juga selalu mempertahankan pernyataannya dengan mencari pembenaran-pembenaran
yang logis. Dalam dunia akademik pun hal-hal serupa juga sering kita jumpai ketika
para akademisi sedang berdebat tentang penemuan teori barunya.
Fenomena
semacam ini sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai makluk
sosial dan berbudaya, manusia selalu mempergunakan budidayanya untuk selalu
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Dalam rangka ini manusia
selalu mempergunakan akal yang logis sehinga dapat memiliki posisi dihadapan
manusia dan lingkungannya. Perdebatan-perdebatan yang diarahkan pada pemikiran
yang logis atau apapun namanya sering muncul dalam sebuah interaksi social, dan
untuk itu manusia akan membutuhkan argumentasi.
Tulisan
ini ingin mengupas tentang apa dan bagaimana argumentasi itu. Karena tulisan
ini merupakan studi literature dan ditulis dengan sangat singkat tentunya
banyak sekali kekurang-kekurangan di dalamnya, kritik dan saran pembaca sangat
diharapkan oleh penulis.
B.
Pengertian
Menurut Vincent,
dalam bukunya yang berjudul Becoming A
Critical Thinker: A Mater Student texts Argumen diartikan sebagai: “the statement of a point of view and the evidence that
supports it in a way intended to be persuasive to other people.”jadi
argumentasi merupakan suatu pernyataan yang didukung oleh bukti-bukti yang
dapat mengubah atau mempengaruhi pikiran orang lain. Argumen juga dapat
diartikan sebagai
proses untuk memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis
berdasarkan dukungan dengan bukti-bukti dan alasan yang logis. Bukti-bukti ini
dapat mengandung fakta atau kondisi objektif yang dapat diterima sebagai suatu
kebenaran (Inch & Warnick, 2006)
Dari dua pengertian ini, jelaslah bahwa argumentasi itu
adalah suatu pernyataan (klaim) yang bukan semata-mata diucap dengan tanpa
dasar. Argumentasi harus selalu berorientasi pada data, fakta atau bukti-bukti
yang objektif sehingga dapat diterima kebenarannya. Olehkarenanya untuk berargumentasi
seseorang akan melakukan kegiatan analisis dan berpikir kritis. Lebih jauh lagi
argumentasi juga memiliki sifat persuasif atau dapat mengubah mau pun
mempengaruhi pikiran orang lain. Hal ini juga ditegaskan oleh Driver dan
teman-teman, bahwa
argumentasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk menganalisis informasi
kemudian dikomunikasikan kepada orang lain. (Driver, Newton, & Osborne.
1998).
Definisi lain dari
istilah argument seperti yang dikutip oleh Fathiaty Murtadho, yakni suatu
kegiatan verbal sosial dan rasional yang bertujuan untuk meyakinkan suatu
kritik yang wajar terhadap penerimaan suatu pandangan dengan mengajukan suatu
konstelasi preposisi yang membenarkan atau membantah preposisi yang dinyatakan
di dalam suatu sudut pandang. Selanjutnya, argumentasi juga merupakan kegiatan
rasional karena pada umumnya argumen didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
intelektual. (Van Eemeren dan Rob.Grootendorst, 2004: 1-2). Menurut Mark
Vorobej, bahwa argumen memuat ungkapan-ungkapan lisan atau tertulis, dan
pernyataan atau presentasi publik yang disampaikan individu pada umumnya
merupakan suatu tindak komunikatif yang terpisah, dengan batasan-batasan
wilayah dan waktu yang ditentukan secara jelas (Mark Vorobej, 2006: 3). Besnard
dan Hunter menyatakan bahwa argumentasi pada umumnya mencakup aktifitas
mengidentifikasi asumsi-asumsi dan simpulan-simpulan yang relevan dari suatu
masalah yang dianalisis. Argumentasi juga mencakup aktifitas mengidentifikasi
konflik yang hasilnya diperlukan untuk mendukung atau menolak
kesimpualan-kesimpulan tertentu. (Philippe Besnard dan Anthony Hunter, 2008: 2-3).
Dalam hal ini, berarti argumentasi adalah suatu kegiatan
yang terkait dengan rasionalisasi ungkapan dan tentunya terkait dengan
pengembangan penalaran atau logika serta intelektualitas. Bentuk argumentasi
ini dapat berupa lisan dapat pula berupa tulisan. Menurut Vincent argumen dapat bervariasi dalam panjang dari satu kalimat
untuk sebuah esai singkat atau bahkan ke 100.000-kata buku. Jenis
yang paling sederhana dari argumen terdiri dari menyatakan
apa yang kita pikirkan dan mengapa kita
berpikir itu. Sedangkan dalam bentuk yang lebih panjang atau
kompleks argumen mengandung jaringan pernyataan atau klaim,
bersama-sama dengan data pendukung
(2009: 187).
C.
Argumen dan Logika
Sebelum membahas dimana hubungan antara argumen dan logika,
sebaiknya kita mengingat kembali tentang posisi logika dalam pengetahuan.
Menurut berbagai sumber, dapat kita pahami bahwa ilmu atau sains bisa disebut
sebagai pengetahuan, namun demikian tidak semua pengetahuan itu bisa disebut
sains. Suatu missal, seseorang mengetahui sebuah mobil, hal ini berarti
belumlah dapat disebut sains. Bisa disebut sains bila orang tersebut mengetahui
secara sistematik dan menyeluruh tentang sebuah mobil tersebut. Oleh karenanya
sains bukanlah semata-mata pengetahuan, namun suatu pengetahuan yang disertai
dengan sebuah metodologis, sistematis, akurat dan lengkap.
Menurut Hamid Fahmy Zarkazy, dalam kaitannya dengan
metodologi, Ilmu dibagi sedikitnya dapat dikelompokan dalam dua jenis, yakni
1) ilmu Alam (natural sciences), dan 2) ilmu
normatif (normative sciences). Ilmu Alam, ruang lingkup pembahasannya
mengarah pada sesuatu sebagaimana adanya (things as they are),
sedangkan ilmu normatif, membahas tentang bagaimana seharusnya sesuatu itu (things they should be). Dari kedua katagori ini, logika
itu termasuk dalam kategori ilmu normatif, sebab logika mengkaji pemikiran,
tidak sebagaimana adanya, tapi bagaimana seharusnya. Selain logika, dalam ilmu normatif
ini terdapat pula estetika dan etika.
Kita sering
mendengar istilah logika, namun tidak semua orang banyak paham apa itu logika.
Banyak para pakar mengatakan bahwa logika ini merupakan kerangka dari ilmu atau
pengetahuan, tanpa logika mustahil ilmu atau pengetahuan itu dapat berkembang. Menurut
Jan Hendrik Rapar (1996: 10) seperti dikutip oleh Firdaus bahawa Logika adalah
cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas
asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur serta kriteria yang sahih bagi
penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional; selajutnya masih dalam kutipan Firdaus menurut
Louis O. Kattsoff (1987: 28) logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan
yang lurus. Ilmu pengetahuan ini mengurai tentang aturan-aturan serta cara-cara
untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh seperangkat premis.
Bila kita pahami
bahwa pengertian argumentasi adalah suatu proses untuk menganalisis data, fakta atau bukti-bukti yang objektif sehingga dapat
diterima kebenarannya
dan aktifitasnya meliputi mengidentifikasi asumsi-asumsi hingga kesimpulan-kesimpulan,
maka hal ini tidak jauh berbeda dengan pemahaman kita tentang logika. Sehingga
kalau dapat disimpulkan maka logika itu adalah Ilmu tentang Argumen dan argumen
itu sendiri adalah logika. Walaupun demikian ada perbedaan yang harus
diperhatikan dari keduannya yakni terutama mengenai istilah yang dipergunakan,
seperti yang kekemukakan oleh Gorys Kerap, bahwa dalam argumen partama-tama
lebih menekankan pada istilah salah dan benar. Sebaliknya dalam logika lebih
menggunakan istilah valid (absah) dan invalid (tidak absah). Salanjutnya
ditegaskan pula, bahwa dalam bentuk formal yang
diperlukan untuk menurunkan sebuah kesimpulan dipenuhi, maka silogisme
dinyatakan absah. Bila silogisme itu absah, maka dengan sendirinya kesimpulan
yang diperoleh juga bersifat absah. Dalam argumentasi, yang dijadikan persoalan
adalah apakah semua proposisi bersama itu benar atau tidak. Suatu misal:
Premis mayor: Semua tukang
becak itu adalah pekerja keras.
Premis minor: Edi adalah
seorang tukang becak.
Kesimpulannya: Jadi Edi adalah
pekerja keras.
Dalam bentuk formal, silogisme di atas
dapat bersifat absah. Namun sebagai argumen, silogisme itu tidak meyakinkan,
karena proposi mayornya salah atau diragukan kebenarannya. Akan tetapi, jika
kita bisa menerima proposisi mayornya, maka kesimpulannya dapat bersifat absah.
Oleh sebab itu, dalam bentuk argumen penulis harus yakin bahwa semua premis
mengandung kebenaran, sehingga ia dapat mempengaruhi sikap pembaca. Untuk
membuktikan sesuatu, silogisme bukan saja harus mengandung sebuah struktur yang
absah tetapi juga proposisinya harus mengandung pernyataan-pernyataan yang
benar.
D.
Argumentasi dan
Proses Pembelajaran
Proses
pembelajaran yang dimaksud di sini adalah suatu proses interaksi antara
pendidik, peserta didik, dan sumber belajar di lingkungan belajar yang saling
bertukar informasi. Dalam proses belajar semacam ini tentunya masing-masing
pebelajar mau pun pembelajar berharap mendapat manfaat dari proses belajar
tersebut. Oleh karenanya kemudian tujuan pembelajaran pada akhirnya menjadi
tuntutan utama dalam proses belajar ini.
Tujuan
pembelajaran merupakan arah yang hendak dicapai dari rangkaian aktivitas yang
dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat pahami sebagai
bentuk perilaku kompetensi yang spesifik, aktual, dan terukur sesuai dengan
yang diharapkan (terjadi, dimiliki, atau dikuasai) siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu. Menurut Magner
(1962) tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi; sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan.
Bila
kita kembali pada pemahaman argumentasi, maka argumentasi adalah suatu kegiatan yang terkait dengan rasionalisasi ungkapan
dan tentunya terkait dengan pengembangan penalaran atau logika serta
intelektualitas.Seperti yang dikutip oleh Hamid Fahmy Zarkasyi, argumentasi
merupakan proses
yang digunakan seseorang untuk menganalisis informasi kemudian dikomunikasikan
kepada orang lain. Untuk terlibat dalam argumentasi diperlukan keterampilan
penalaran dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dengan lebih baik (Driver,
Newton, & Osborne, 1998; Mortimer & Scott, 2003).
Seperti
dikatakan Marttunen (2005), maka argumentasi dalam proses pembelajaran dapat
membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Berargumentasi
juga akan dapat meningkatkan hasil belajar dan kinerja siswa. Demikian
ditegaskan pula oleh Cross, Hendricks, & Hickey (2008), bahwa belajar
argumentasi dapat memperkokoh pemahaman konsep, memungkinkan siswa mendapatkan
ide-ide baru yang dapat memperluas pengetahuan, dan menghilangkan miskonsepsi
yang dialami siswa. Pada akhirnya dengan argumentasi akan memperoleh suatu landasan kuat dalam memahami
suatu konsep secara utuh dan benar.
E.
Membuat Argumetasi
Dalam
kehidupan nyata, tidak mudah kita mengidentifikasi sebuah argumen. Ini
disebabkan oleh tidak adanya sistem yang mudah, kecuali kita dapat
mengidentifikasi mana yang premis dan mana yang kesimpulan. Selain itu pula, dalam
kehidupan sehari-hari tidak selalu kita temukan argumentasi dalam bentuk yang
baku. Bentuk baku dari argumentasi ini berciri pada adanya premis-premis dan
kesimpulan. Contoh yang paling sederhana dari bentuk baku ini, misalnya:
Premis mayor: Martha adalah putri ibu Harti
Premis minor: Ibu Harti sekeluarga tinggal di jalan
Soetopo
Kesimpulannya: Martha putri ibu Harti tinggal di jalan
Soetopo
Langkah awal yang
harus dipahami oleh seseorang untuk membuat argumen ini, adalah memahami adanya
bentuk baku dari sebuah argumen seperti contoh sederhana tersebut di atas.
Tanpa memahami hal ini maka argumen yang dibuatnya sulit untuk dipahami atau
bahkan akan menjadi fallacy (sesat
pikir).
Menurut M. Guntur
Hamzah, fallacy diartikan sebagai
proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, dan
menyesatkan. Fallacy merupakan gejala
berpikir yang salah disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa
memperhatikan relevansi. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa kegagalan dalam
membuat argumentasi ini ada 2 (dua) faktor, yakni:
1.
Memuat
premis yang terbentuk dari proposisi yang keliru.
2.
Memuat
premis-premis yang tidak berhubungan dengan kesimpulan yang akan dicari.
Contoh premis yang keliru:
Premis
mayor: Semua manusia yang hidup harus makan nasi
Premis
minor: kehidupan ikan juga
tergantung dari nasi
Kesimpulan:
jadi manusia dan ikan hidupnya tergantung dengan nasi
Contoh premis yang tidak berhubungan:
Premis mayor: Rambut Mirna
lurus berwarna hitam pekat
Premis minor: Pagar rumah Adi
lurus berwarna hitam pekat
Kesimpulan: Jadi rambut
mirna sama dengan pagar rumah Adi
Untuk
memahami sebuah argumen dalam kehidupan nyata tidaklah selalu dihadapkan pada
bentuk-bentuk argumen baku, kadang kita sering menemukan kesulitan untuk
memahami sebuah argumen karena antara premis dan kesimpulan tidak disusun secara
baku. Oleh karenanya, utuk mengatasi kesulitan tersebut pelajarilah sebuah
argumen secara cermat; tulis dan kenali kembali argumen tersebut dalam bentuk
baku bila Anda belum yakin; janganlah berada pada posisi untuk membela siapa
pun. Jeremias Jena mengatakan, bahwa untuk mengidentifikasi sebuah argumen ada
kata-kata yang dapat digunakan sebagai indikator premis dan indkator
kesimpulan. Indikator premis, di antaranya:
Ø
Sejak…
Ø
Pertama,
kedua, dan seterusnya…
Ø
Karena…
Ø
Ini
merupakan implikasi dari…
Ø
Bedasarkan…
Ø
Sebagaimana
ditunjukan…
Ø
Sebagaimana
diindikasikan…
Ø
Dapat
disimpulkan…
Sedangkan indikator kesimpulan dapat
dilihat dari kata-kata sebagai berikut:
Ø
Implikasi
lebih lanjut adalah…
Ø
Kita
dapat menimpulkan bahwa…
Ø
Hal
ini memperlihatkan bahwa…
Ø
Jadi,…
Ø
Dengan
demikian…
Ø
Sesuai
dengan itu…
Ø
Konsekuensinya…
Ø
Maka…
Ø
Karena
itu… dan sebagainya.
Selanjutnya
menurut Gorys Keraf, bila Anda ingin membuat atau menusun sebuah argumen, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
1.
Penulis
harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya,
sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Dengan demikian, penulis
dapat memperdalam masalah dengan penelitian, observasi, dan autoritas untuk
memperkuat data dan informasi yang telah diperolehnya.
2.
Penulis
harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang
bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah
di antata fakta-fakta yang diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, atau
justru akan memperlemah pendapat lawan.
3.
Penulis
harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, harus
menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu pula, ia
harus mengemuukakan konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
4.
Penulis
harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan
lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas, dan sampai dimana kebenaran
dari pernyataan yang telah dirumuskan itu.
5.
Dari
semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud mana yang
lebih memuaskan penulis untuk menyampaikan masalahya.
Selain hal-hal
tersebut di atas, untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik
ketidaksesuaian sebuah argumentasi, Gorys menganjurkan 4 (empat) sasaran yang
harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap penulis, yakni:
1.
Argumentasi
harus mengandung kebenaran untuk merubah sikap dan keyakinan orang mengenai
topic yang akan diargumentasikan.
2.
Penulis
harus berusaha menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka
tertentu.
3.
Sering
timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah. Sedangkan tujuan argumentasi
adalah menghilangkan ketidaksepakatan.
4.
Pengarang
harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan
diargumentasikan.
Sebagaimana
layaknya dalam membuat sebuah tulisan, dalam penyajian sebuah argument
sebaiknya harus meliputi 3 (tiga) komponen baku, yakni: pendahuluan, inti, dan
penutup atau kesimpulan. Hal ini ditegaskan pula oleh Gorys, bahwa dalam penulisan
argumentasi harus terdiri dari: pendahuluan, tubuh argumen, serta kesimpulan
dan ringkasan. Selanjutnya gorys menjelaskan:
1. Bagian pendahuluan,
Bagian ini
merupakan bagian yang penting dalam upaya menarik perhatian pembaca, memusatkan
perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan
dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan. Sebuah argumentasi itu
harus memancarkan kebenaran atau kekuatan untuk mempengaruhi sikap pembacanya,
oleh karena itu dalam bagian ini tidak boleh dimasukkan hal-hal yang kontroversial.
Untuk menentukan apa dan seberapa panjang bahan yang diperlukan dalam bagian
ini, setidaknya penulis harus mempertimbangkan beberapa hal, yakni: a)
menegaskan mengapa persoalan itu perlu dibicarakan pada saat ini. Bila hal itu
dianggap waktunya lebih tepat untuk di kemukakan, serta dapat dihubungkan dengan
peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, maka
fakta-faktanya akan merupakan suatu titik tolak yang sangat baik; b)
menjelaskan latar belakang sejarah yang mempunyai hubungan langsung dengan
persoalan yang hendak diargumentasikan, sehingga pembaca dapat memperoleh
gambaran yang mendasar mengenai hal yang hendak diargumentasikan; c) harus
membedakan persoalan yang menyangkut selera dan persoalan yang membawa ke
konklusi yang objektif.
2.
Bagian tubuh
argumen,
Pada bagian ini,
pengarang harus terus menerus memposisikan diri di pihak pembaca, dengan
menanyakan apakah evidensi itu sudah dapat diterima bila ia berposisi sebagai
pembaca, apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai hubungan dengan pokok
persoalan, apakah tidak ad acara lain yang lebih baik, dan seterusnya. Perlu
ditegaskan, bahwa evidensi itu harusmerupakan suatu proses yang selektif,
dengan menampilkan bahan-bahan terbaik saja dengan enolak evidensi-evidensi
yang kurang baik.
3.
Bagian kesimpulan
dan ringkasan,
Bagian ini tidak
mempersoalkan topik mana yang akan dimukakan dalam argumentasi, yang penting
harus dijaga adalah agar konklusi yang disimpulkan tetap memelihara tujuan yang
ingin disampaikan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang
telah dicapai, serta kenapa konklusi-konklusi itu dapat diterima sebagai
sesuatu yang logis. Bila dalam tulisan-tulisan biasa, dimana tidak boleh dibuat
kesimpulan, maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesuai
dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh karangan tersebut.
F.
Mengevaluasi Argumen
Melibatkan diri pada suatu konsep argumentasi atau bahkan
hingga usaha pengembangannya, diperlukan ketrampilan bernalar dan pengetahuan
serta fakta-fakta yang akurat. Hal ini seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa
argumentasi itu adalah sebuah kegiatan yang terkait dengan rasionalisasi
ungkapan, sehingga sangat terkait dengan pengembangan penalaran atau logika serta
intelektualitas. Olehkarenanya, untuk mengetahui kualitas sebuah argument
dibutuhkan suatu analisis yang mengarah pada kualiatas bernalar, pengetahuan,
serta fakata-fakta yang digunakan untuk dasar membuat argumentasi. Eduran (2008)
mengatakan, bahwa argumen yang kuat memiliki banyak pembenaran yang relevan dan
spesifik untuk mendukung kesimpulan dengan bukti-bukti konsep yang akurat.
Adapun ciri-ciri argumentasi yang lemah ditunjukkan dengan tidak adanya
pertimbangan pengetahuan ilmiah, tidak akurat, tidak spesifik, dan tidak tepat. Selanjutnya dikatakan pula,
dalam menilai kualitas suatu argumen dapat dilihat dari dua demensi, yakni
demensi kualitas konseptual dan demensi kualitas epistemologikal. Kualitas
konseptual diukur berdasarkan kemampuan dalam mengartikulasikan klaim kausal
yang spesifik dan dapat memberikan jaminan antara klain dan data yang memadai. Untuk
menilai kualitas epistemologikal, dapat dilukur dari kemampuan menunjukan data
atau fakta sebagai penjamin klain, kemampuan menulis dan penjelasan kausal yang
koheren terhadap fenomena, serta menunjukan berbagai referensi yang tepat
tentang data.
Dalam pandangan
Toulmin, membangun argumen itu adalah membuat sebuah klaim dan mengumpulkan
bukti-bukti yang dapat menyakinkan para pembacanya. Oleh sebab itu setelah
mengumpulkan bukti-bukti atau alasan yang masuk akal untuk mendukung klaim,
sebaiknya kita evaluasi kembali apakah bukti-bukti tersebut sudah benar-benar
mendukung klaim yang kita buat atau dengan kata lain apakah kita yakin bahwa
bukti-bukti tersebut dapat menjamin klaim yang sedang kita perjuangkan. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi ulang pemakaian
bukti-bukti yang kita gunakan untuk membuat sebuah argumen, yakni:
1. Apakah Anda tertekan oleh bukti?
Bukti yang tidak
mendukung argumen Anda harus diperhitungkan, bukannya diabaikan. Pastikan bahwa
Anda tidak mengabaikan bukti-bukti yang menantang atau merusak argumen Anda.
2. Apakah Anda memanipulasi bukti?
Kadang-kadang kita
menggali informasi yang tidak terlalu mendukung pandangan kita. Tetapi kita memerlukan
informasi untuk membuat argumen kita tetap kokoh. Dalam hal ini, janganlah Anda
memanipulasi informasi sesuai dengan tujuan kita sendiri, kecuali Anda mengakui
manipulasi tersebut untuk diserahkan kepada pembaca, dan biarkan dia untuk
menilai apakah manipulasi Anda adalah salah satu yang wajar.
3. Apakah Anda memiliki cukup bukti?
Tinjaulah
pernyataan utama argumen Anda dan mempertimbangkan apakah masing-masing pernyataan
hanya meyakinkan berdasarkan bukti saja. Apakah Anda menemukan diri Anda dengan
mengandalkan retorika Anda sendiri untuk membuat pernyataan tersebut? Jika iya,
mungkin Anda perlu untuk kembali ke sumber-sumber bukti Anda.
4. Apakah Anda memiliki terlalu banyak bukti?
Lihatlah tulisan
Anda, apakah bagian yang Anda kutip melebihi karangan Anda sendiri? Jika
demikian, mungkin argumen Anda telah terkubur di bawah argumen orang lain.
Kemungkinan juga, bahwa pembaca Anda akan sulit menemukan informasi-informasi
yang ada buat. Dia akan kesulitan untuk menemukan argumen Anda yang sebenarnya
dalam tulisan Anda.
5. Apakah bukti Anda masih berlaku dan dapat dapat
dipercaya?
Ini tidak berarti
Anda tidak dapat menggunakan sumber yang sudah lama. Pertanyaan ini bermaksud
menghindarkan Anda dari resiko yang disebabkan oleh penggunaan bukti yang
nantinya dapat melemahkan perspektif Anda sendiri. Selain itu, Anda juga perlu
memastikan bahwa sumber Anda benar-benar dapat dipercaya.
6. Apakah bukti Anda cukup kuat untuk menjamin klaim
Anda?
Pertimbangkan
baik-baik, mengapa Anda percaya bahwa bukti Anda sudah cukup kuat. Apakah
bukti-bukti tersebut berdasarkan penelitian yang Anda lakukan? Berdasarkan
keahlian Anda dalam bidang tersebut? Ataukah asumsi dan kepercayaan umum? Jika
bukti itu berdasar pada alasan asumsi dan kepercayaan umum, maka Anda perlu
memeriksa kembali asumsi tersebut.
Kiranya mengevaluasi argument
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar argument yang kita buat
tidak menjadi argumen yang tidak menyakinkan atau bahkan menyesatkan. Vincent dalam bukunya yang berjudul Becoming A Critical Thinker: A Mater Student
texts. Mengemukakan pendapatnya tentang langkah-langkah
strategis untuk menevaluasi argumen. Langkah strategis ini ditujukan agar sebuah argument itu dapat
dibuktikan lebih masuk akal dari pada hanya sebagai argumen yang mengarah pada
bentuk persaingan. Ada
lima langkah startegi untuk mengevaluasi argumen yang kompleks, yakni:
Langkah 1:
Identifikasi fakta dan opini,
Langkah awal yang harus dilakukan adalah memahami tentang
fakta dan opini yang tersurat dalam sebuah argumen. Menyaring pendapat sentral
untuk memahami pandangan penulis terhadap masalah yang ingin disampaikan kepada
pembacanya. Biasanya pendapat sentral ini dinyatakan dalam atau setelah
pendahuluan dan diperkuat dalam kesimpulan. Mencatat bukti (informasi factual)
yang ditawarkan. Selanjutnya mengetahui hubungan mendasar antar bagian dari
sebuah argumen dapat membantu mengidentifikasi pendapat dan bukti pendukung
yang lebih efektif dan akurat. Mengetahui hubungan mendasar antara
bagian-bagian dari sebuah argumen dapat membantu Anda mengidentifikasi pendapat
dan bukti pendukung yang lebih efektif. Meringkas pendapat utama yang
ditawarkan dengan cara: 1) ditulis sebanyak-banyaknya dengan menggunakan
kata-kata sendiri, 2) mencatat bagian yang inti dari argument, pendapat primer
dan sekunder, serta catatan singkat tentang bukti yang digunakannya, 3) jika
ingin menambahkan komentar sendiri tempatkan pada kode tanda kurung sehingga
dapat dibedakan antara komentar anda dengan ide-ide penulis.
Langkah 2: Periksa
fakta dan uji pendapat,
Langkah ini hanya dilakukan pada catatan atau ringkasan yang
telah Anda buat. Mulailah dengan memeriksa fakta laporan utama untuk diverifikasikan
bahwa hal ini benar-benar faktual. Selanjutnya, uji
pendapat primer dan sekunder penulis, dengan menggunakan satu atau lebih pendekatan berikut ini:
1) Konsultasikan pengalaman sehari-hari.
2) Pertimbangkan pendapat itu dengan kemungkinan
konsekuensinya.
3) Pertimbangkan implikasinya.
4) Pikirkan pengecualian.
5) Pikirkan tandingan.
6) Terbalik pendapat.
7) Carilah penelitian yang relevan.
Pendekatan ini untuk memeriksa fakta dan menguji pendapat yang dapat untuk menunjukkan kekuatan dan kelemahan dari argumen yang sederhana; namun,
untuk argumen yang lebih kompleks biasanya memerlukan riset
tambahan.
Langkah 3: Melakukan
penelitian,
Tujuan utama
melakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pendapat
dan interpretasi fakta-fakta yang berbeda dari hasil analisa yang ada dalam argumen Anda. Pendapat dan
interpretasi tersebut mungkin belum diperkuat oleh buku-buku referensi. Dalam
proses ini diharapkan adanya usaha berpikir kritis untuk menyangkal wawasan
anda sendiri. Melakukan kajian terhahap berbagai sumber sangat diperlukan untuk
menganalisis argumen Anda.
Langkah 4: Evaluasi
bukti,
Pada tahap ini,
Anda telah banyak mengumpulkan sebagian besar materi yang mungkin perlu untuk
dipilah-pilahkan mana yang sesuai (sepakat) atau mana yang tidak sesuai (tidak
sepakat). Cara yang baik untuk melakukan ini adalah dengan membuat spreadsheet. Setelah itu tinjau kembali spreadsheet yang telah diberikan kepada
orang untuk memberikan pandangannya baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kemudian buatlah review terhadap bukti-bukti yang sudah terakumulasi dalam
penelitian Anda.
Langkah 5: Membuat keputusan
Anda,
Setelah mengevaluasi berbagai aspek masalah, Anda akan siap
untuk menggabungkan hasil evaluasi tersebut menjadi evaluasi masalah yang menyeluruh.
Di sini Anda sudah dapat membuat keputusan walau mungkin keputusan tersebut
kadang tidak disepakati oleh sebagian kecil kelompok, namun hal ini tetap
dianggap menjadi keputusan yang jauh lebih baik.
G.
Penutup
Argumen bukanlah sebuah perdebatan yang ingin menjatuhkan
lawan dengan cara yang kurang nalar, namun argumen harus dipandang sebagai hal
yang sangat penting terkait dengan suatu pengembangan logika. Argumen dan
logika adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argmen itu
adalah logika dan logika itu merupakan ilmu tentang argumen. Belajar menyusun
argumentasi sangat diperlukan dalam proses pebelajaran, hal ini akan membantu
siswa dalam meningkatkan ketrampian berpikir kritis yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk membuat argumentasi setidaknya
dibutuhan pemahaman dasar tentang bentuk baku, sehingga dalam pengembangannya
tidak akan terjadi kesalahan atau fallacy.
Terkait dengan kualitas sebuah argument, diperlukan evaluasi yang terukur dan
sistematis. Untuk mengevaluasi kualitas argumenttasi dapat diukur dari sisi
konsep dan epistemologis. fakta atau bukti-bukti argument harus juga disajikan
setelah dievaluasi keberadaannya, selanjutnya dibutuhkan sebuah prosedur untuk
mengevaluasi argument agar didapatkan hasil yang lebih efisien dan akurat.
Akhirnya mudah-mudahan tulisan yang sangat sederhana ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, diucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu, mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA
Fathiaty Murtadho.
2013. Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi:
Alternatif Sarana Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi. 2nd
International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2013)
Gorys Keraf. Bab ‘Penalaran’ Argumentasi dan Narasi
Karangan. Diposting oleh hitamat pada tanggal 25-03-2013. alamat: https//hitamart.wordpress.com/ 2012/03/25/bab-penalaran-argumentasi-dan-narasi-karangan-gorys-keraf/
Hamid Fahmy
Zarkasyi. Arti Berpikir Logis dan
Argumentatif. http://choirul-alquds.blogspot.com/2011/08/arti-berfikir-logis-dan-argumentatif.html
http://dausmaczman.blogspot.com/2013/12/konsep-dasar-logika_25.html
Toulmin. Logic and
Argument. Nama situs: Dartmouth. Alamat: http://writing-speech.dartmouth.edu/learning/materials-first-year-writers/logic-and-argument#Toulmin
vincent Ryan
Ruggiero. 2009. Becoming a Critical
Thinker. Bostom:Houghton Mifflin Company.
Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya INDALH HARUM, TOLONG, saya ingin memberikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan mendukung saya melalui ibu yang baik, LASSA JIM , Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan menolak, maka saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya curang dan saya kehilangan lebih dari 50 juta rupiah dengan pemberi pinjaman yang berbeda karena saya mencari pinjaman (Rp800) setelah membayar biaya dan tidak mendapat pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya INDALH HARUM, TOLONG, saya ingin memberikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan mendukung saya melalui ibu yang baik, LASSA JIM, Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan menolak, jadi saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya menipu dan kehilangan lebih dari 50 juta rupiah dengan Pemberi pinjaman karena saya mencari pinjaman (Rp800) setelah membayar biaya dan tidak mendapat pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan seorang teman saya, Harum kemudian memperkenalkan saya kepada Ny. LASSA JIM, seorang pemberi pinjaman di sebuah perusahaan bernama ACCESS LOAN FIRM sehingga teman saya meminta saya untuk melamar ibu LASSA, jadi saya mengumpulkan keberanian dan menghubungi Ms. LASSA.
BalasHapusSaya mengajukan pinjaman 2 milyar rupiah dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui tanpa tekanan dan semua pengaturan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan keamanan untuk transfer pinjaman yang baru saja saya katakan kepada dapatkan perjanjian lisensi, aplikasi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari 48 jam pinjaman itu disetorkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu hanya lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya dikreditkan dengan jumlah 2 miliar. Saya sangat senang bahwa Tuhan akhirnya menjawab doa saya dengan memesan pinjaman saya dengan pinjaman asli saya, yang memberi saya keinginan hati saya. mereka juga memiliki tim ahli yang akan memberi tahu Anda tentang jenis bisnis yang ingin Anda investasikan dan cara menginvestasikan uang Anda, sehingga Anda tidak akan pernah bangkrut lagi dalam hidup Anda. Semoga Tuhan memberkati Mrs. LASSA JIM untuk membuat hidup saya lebih mudah, jadi saya sarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. LASSA melalui email: lassajimloancompany@gmail.com
Anda juga dapat menghubungi nomor JIM ibu LASSA whatsApp +1(301)969-1955.
Akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian sejati hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Sekali lagi nama saya adalah INDALH HARUM, Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: Indalhharum@gmail.com
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus