Kamis, 09 Juni 2011

benarkah tidak ada penari putra?

Dunia tari di Jawa Timur tergolong dapat dianggap semarak, hal ini bisa dilihat dari berbagai ivent pergelaran tari yang juga semarak; baik yang diselenggarakan pemerintah, lembaga swasta, ataupun masyarakat. Hal ini tentunya berkat dorongan atau apresiasi masyarakat Jawa Timur yang masih mau menghargai tari sebagai pendamping hidupnya. Selain melihat perkembangan tari dalam perspektif kegiatan pergelaran, di sanggar-sanggar bisa kita lihat pula seberapa banyak anggota yang terdaftar sebagai anggotanya.
Ironisnya dari berbagai iven dan keanggotaan dalam sanggar, tercatat tidak banyak penari putra yang ambil bagian dari semuanya. Kecenderungannya kemudian banyak sekali koreografi-koreografi baru yang bentuk tarinya lebih mengekpresikan feminimisme. Kesannya kemudian dunia tari adalah dunia wanita, sampai-sampai bila ada seorang anak laki-laki ingin belajar menari dianggap akan menjadi seorang 'banci' atau waria.
Hal ini terjadi juga bukan karena tidak ada alasan, penyebabnya di antaranya adalah pengguna jasa tari lebih cenderung memilih tarian atau penari putri sebagai media ekspresi dalam performance-nya. Pemahaman tari adalah suatu kelembutan yang indentik dengan feminimitas juga dapat mempengaruhi gejala ini.
Benarkah tidak ada penari putra? jawabanya tentunya tidak benar, karena di Jawa Timur masih ada penari pria walau bila dibandingkan dengan yang wanita jumlahnya tidak sebanding. Hal ini menunjukan suatu perkembangan yang signifikan bila dibanding dengan kehidupan tari di masa lampau. Kehidupan tari di masa lampau jumlah penari wanita nyaris tidak ada karena dilarang oleh nilai-nilai tradisi yang berkembang pada saat itu. Hampir seluruh penari di masa itu dilakukan oleh kaum pria, walau jenis tarian yang diekspresikan adalah jenis tarian putri. Oleh karena itu keudian banyak kita temukan budaya travesti dalam dunia tari kita.
Bila hal ini benar upaya apakah yang dapat kita perbuat untuk memecahkan persoalan ini, apa juga kita biarkan begitu saja karena hal ini tidak penting bagi kita semua.

1 komentar:

  1. Benar sekali.
    Sudah seperti momok bagi laki-laki jika ingin belajar menari. Pada masa sekarang laki-laki dibilang 'keren' jika bisa Break dance, hip hop, dan berbagai tarian2 dari luar. Sedangkan laki-laki yang ingin belajar tari tradisional cenderung malu dan merasa feminin.

    Selain itu... jenis tarian tradisi jawa timur terutama jarang sekali yang bergenre tarian laki-laki. Tapi meskipun ada laki-laki yang ingin bisa menari tradisional jarang sekali yang benar2 serius mewujudkannya. Sebagian besar hanya 'numpang lewat'.

    Saya pun berusaha mengenalkan profesi penari tradisional laki-laki pada anak-anak bangsa masa kini. Salah satunya dengan mengikuti Kelas Inspirasi JATIM. Dengan cara ini, saya berharap anak2 bangsa mengubah pola pikirnya bahwa penari laki-laki bukan berarti banci/feminin. Dan bahwa sebagai penari laki-laki mereka pun bisa jadi orang sukses jika serius. :)

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.